
Assalamualaikum
Akhir-akhir ini daerah Asia Tenggara lagi gempar isu lama yang kembali menghangat yaitu isu muslim Rohingnya. Di mana dituduh ada peristiwa genosida di negara Myanmar. Yang melibatkan pihak militer Myanmar dengan kelompok pemberontak di daerah pinggiran negara dengan nama Burma dulunya itu.
Dari sebuah laman Kata Kita ( facebook.com/pageKataKita ) dan juga seorang TKI bernama Agus Salim ( facebook.com/gus.bomalakhidy ) menceritakan sebuah kisah tentang seorang Rohingnya yang bekerja di Malasyia.
“MUSLIM ROHINGYA”
Namanya ALI, bekerja sebagai tukang kayu, sedangkan saya di bagian electrical ( instalasi listrik ), ali berasal dari myanmar keturunan bangladesh, ia seorang muslim burma/rohingya, sudah lama bekerja di malaysia sebagai pekerja konstruksi bangunan.
Suatu hari di jam istirahat kerja, kami ngobrol tentang kampung masing-masing, tentang keluarga dan sebagainya, hingga saya bertanya padanya perihal berita di media-media tentang pembantaian muslim rohingya, ali dengan tegas menjelaskan bahwa yang sebenarnya terjadi di myanmar bukan konflik agama islam vs budha, yang pemerintah myanmar tangkap itu imigran gelap dari bangladesh, mereka mencaplok tanah milik pemerintah myanmar, mereka mengakui bahwa itu tanah syah milik mereka ( kasusnya persis seperti kasus sampit vs madura di kalimantan ), mereka menamai tanah milik negara myanmar itu dengan nama BURMA, padahal itu masih dalam kawasan kekuasaan dan kedaulatan negara myanmar, sudah di beri peringatan baik-baik para pendatang gelap itu malah di provokasi salah seorang radikal dengan semangat jihad menentang pemerintah syah myanmar selaku pemilik tanah burma dengan dalih bahwa “tanah burma adalah milik Allah, bumi Allah ( persis slogan penggila khilafah di indonesia ).
Keterangan yang sama persis juga saya dengar dari kawan saya pribumi asli myanmar beragama budha yang bekerja di bagian instalasi pipa air, pendatang atau keturunan syah dan resmi seperti ali dan keluarganya tentu dalam keadaan aman dan baik-baik saja di bawah naungan hukum negara myanmar.
Di myanmar sana, muslim rohingya di provokasi oleh “oknum” untuk melawan, berontak, makar dan radikal atas nama “agama”. Dan kita di mana saja, di berita-berita dan media masa di bodohi dan di bohongi seolah yang terjadi adalah genosida pembantaian terhadap muslim rohingya oleh budha myanmar, tak ayal foto-foto hoax, editan atau apapun berbagai cara oknum media untuk mendidihkan darah umat muslim di muat sesering dan sebanyak mungkin dengan seruan jihad dan di sertai nomor rekening untuk donasi yang dananya entah bermuara pada siapa, kemana dan di mana, tentunya para provokator inilah yang menikmati hasil keuntungannya.”
Nah, tak hanya Agus Salim saja yang bercerita tentang fakta muslim Rohingnya. Walau pada dasarnya mereka juga muslim, mereka secara tidak langsung adalah saudara, tapi kita tidak boleh buta dengan fakta yang asli. Boleh membantu karena memang kewajiban seorang muslim, tapi juga jaga diri jangan sampai “Ditulung malah mentung”.
Salah satunya Khoirul Anwar ( facebook.com/khoirulanwar.82 ) sebagai salah satu mantan TKI yang sudah pernah menolong seorang Rohingnya.
Secara garis besar, Orang orang itu bikin gregetan. Mandi, masuk kamar mandi ya bawa sabun dan sampo tapi punya orang lain yang dipakai. Masak, kalau ada orang yang dipakai berasnya sendiri dan bumbunya. Tapi kalau gak ada, punya ku yang dipakai dihabisin.
Tidak punya sopan santun. Matanya bersinar ketika ada perempuan, di manapun ada kesempatan yang dibicarakan masalah perempuan. Kalau orang rohingnya jumlahnya sedikit bisa diatur, tapi kalau banyak malah bikin emosi. Selama hampir 10 tahun aku merawat orang seperti itu, entah berapa ratus orang yang masuk keluar serikatku. Mayoritas bikin emosi dan minta dihajar. Karena itu tidak ikutan sekarang, karena pengalamanku seperti itu.
Fakta-fakta ini harus jadi pertimbangan sebelum brosis bersimpati dengan Rohingnya. Bersimpati dan menolong boleh. Tapi jangan sampai mereka masuk teritorial anda. Karena ya itu, bisa diklaim dan anda bisa diusir. Jika melihat kasus yang terjadi di Myanmar dan di Malasyia. Bahkan di Indonesia sendiri sudah beberapa kasus konflik Rohingnya vs penduduk setempat, bahkan seorang Gubernur Syahrul mengusir mereka!
Jadi jangan sekedar ikut-ikutan karena blowup berita ya sebelum mengetahui fakta sebenarnya yang bikin gregetan tersebut. Konflik Myanmar vs Rohingnya memang murni konflik yang bukan karena agama. Konflik agama hanya jadi isu yang dipakai kelompok radikalisme di sana. Korbannya? Bisa dilihat sendiri.
Dikirim dari Lenovo Ndeso 94 TAB 2 Android.
Kategori sama :
- Rem, safety yang “Sering” tak dihiraukan (9/21/2013)
- “BUKAN” Jetbus 5. Bus Pariwisata ini Mode Siluman (5/16/2024)
- “Hampir” menyaksikan bus kecelakaan (4/21/2014)
- “I Pray for all : Welcome to 2014” – – (12/31/2013)
- “ISDAFA” – Kelompok Musik Hadrah Modern Bojonegoro Kota (1/17/2016)
- “Ketika Polwan berjuang mengantarkan kotak suara PILKADA” (12/16/2015)
- “Lagi nyusu”, sepasang remaja tertangkap kamera di Stadion Bojonegoro (11/24/2016)
Artikel Terbaru :
- Honda Revo Matic Satu Ini mulus sekali
- Bersiap Ikuti “CRF TRAIL ADVENTURE EAST JAVA SERIES 2025” di Trawas! Jelajahi Nyali, Raih Kebebasan – Kuota Terbatas, Segera Daftar!
- Modifikasi Honda Stylo Retro Futuristik
- Honda Stylo Hubless
- Restorasi Honda C800, Supercub
- Modifikasi Vespa 2tak Jadi Roda Tiga
- Sederhana tapi ini yang harus dimodif pada Honda Stylo
- Kode Rudal “FOX (diikuti angka” Pada Pesawat Tempur
- Honda Stylo Decal Arai
- Aku Suka Modifikasi Honda Scoopy Yang Satu ini,



Dari awal saya udah bertanya2 kenapa sampai2 2negara Bangladesh sm Myanmar nggk mau nampung orang2 etnis itu. Sekarang udah clear. Thanks sharingnya bro…
SukaSuka
info ngawur dr fesbuk ko dipake, ente lebih ngawur cung
SukaSuka
Nah masalahnya kira kira siapa yang lebih busa dipercaya
Page fb yang saya juga bisa buat sendiri
Dan bisa nulis sekena saya
Atau channel berita televisi yang punya meja redaksi dan kode etik jurnalis
Mungkin bisa difikirkan juga
Atau kalau bro mau tahu langsung ya cus berangkat ke sana lah biar tahu penderitaan nya bagaimana
SukaSuka